BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika membaca
judul di atas, mungkin sebagian besar pembaca paham akan pengertian dari
masing-masing sistem tersebut (Language, Society, Culture). Tanpa disadari
pembaca sebetulnya berada dalam ruang lingkup bahasan tersebut, terlibat dalam
korelasi ketiganya. Namun mungkin pengetahuan akan apa sebenarnya hubungan yang
muncul antara bahasa, masyarakat dan budaya, pembaca belum terlalu paham.
Sehingga
B. Tujuan Penyusunan Makalah
Memberi wawasan mengenai
hubungan antara bahasa, masyarakat dan budaya kepada pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
Language, Society and Culture
Sebelum menjelaskan apa hubungan antara bahasa, masyarakat dan budaya
(Language, Society and Culture), bagaimana keterkaitan diantara ketiganya. Kami
akan menjelaskan terlebih dahulu pengertian dari ketiga system tersebut.
1. Language (Bahasa)
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan
manusia untuk saling berkomunikasi atau
berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau
orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat
istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan
dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki
beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi
bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah
untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk
mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Society (Masyarakat)
Masyarakat adalah sejumlah manusia yang
merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai
kepentingan yang sama.Seperti; sekolah, keluarga,perkumpulan, Negara semua
adalah masyarakat
Dalam ilmu sosiologi kita kit mengenal ada dua
macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat
petambayan.Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota-
anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka.Kalau pada masyarakat
patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angota nya.
Peroses perubahan masyarakat dan kebudayaan
dalam seluruh aspeknya, dari sitem tradisional menuju ke sistem yang modern.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain :
1.
perkembangan
ilmu
2.
perkembangan
teknologi
3.
perkembangan industri
4.
perkembangan
ekonomi
3. Culture (Budaya)
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism.
Kebudayaan menurut Clifford Geertz sebagaimana
disebutkan oleh Fedyani Syaifuddin dalam bukunya Antropologi Kontemporer yaitu
sistem simbol yang terdiri dari simbol-simbol dan makna-makna yang dimiliki
bersama, yang dapat diindentifikasi, dan bersifat publik. Senada dengan
pendapat di atas Claud Levi-Strauss memandang kebudayaan sebagai sistem
struktur dari simbol-simbol dan makna-makna yang dimiliki bersama, yang dapat diindentifikasi,
dan bersifat publik.
Adapun Gooddenough sebagaimana disebutkan
Mudjia Rahardjo dalam bukunya Relung-relung Bahasa mengatakan bahwa budaya
suatu masyarakat adalah apa saja yang harus diketahui dan dipercayai seseorang
sehngga dia bisa bertindak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di dalam
masyarakat, bahwa pengetahuan itu merupakan sesuatu yang harus dicari dan
perilaku harus dipelajari dari orang lain bukan karena keturunan. Karena itu
budaya merupakan “cara” yang harus dimiliki seseorang untuk melaksanakan
kegiatan sehari-hari dalam hidupnya.
Dalam konsep ini kebudayaan dapat dimaknai
sebagai fenomena material, sehingga pemaknaan kebudayaan lebih banyak dicermati
sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan bermasyarakat. Karenanya tingkah laku manusia sebagai anggota
masyarakat akan terikat oleh kebudayaan yang terlihat wujudnya dalam berbagai
pranata yang berfungsi sebagai mekanisme kontrol bagi tingkah laku manusia.
Adapun Menurut Canadian Commision for UNESCO
seperti yang dikutip oleh Nur Syam mengatakan kebudayaan adalah sebuah sistem
nilai yang dinamik dari elemen-elemen pembelajaran yang berisi asumsi,
kesepakatan, keyakinan dan atauran-atauran yang memperbolehkan anggota kelompok
untuk berhubungan dengan yang lain serta mengadakan komunikasi dan membangun
potensi kreatif mereka.
Dengan demikian kebudayaan adalah segala
sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial, oleh para anggota
suatu masyarakat. Sehingga suatu kebudayaan bukanlah hanya akumulasi dari
kebiasaan dan tata kelakuan tetapi suatu sistem perilaku yang terorganisasi.
Dan kebudayaan melingkupi semua aspek dan segi kehidupan manusia, baik itu
berupa produk material atau non material.
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang
majemuk, yang terdiri dari berbagai budaya, menjadikan perbedaan
antar-kebudayaan, justru bermanfaat dalam mempertahankan dasar identitas diri
dan integrasi sosial masyarakat tersebut. Pluralisme masyarakat dalam tatanan
sosial agama, dan suku bangsa telah ada sejak jaman nenek moyang, kebhinekaan
budaya yang dapat hidup berdampingan secara damai merupakan kekayaan yang tak
ternilai dalam khasanah budaya nasional.
A. Hubungan antara Bahasa dan Masyarakat
Bahasa dan masyarakat, bahasa dan kemasyarakatan,
dua hal yang bertemu di satu titik, artinya antara bahasa dan masyarakat tidak
akan pernah terpisahkan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer,
digunakan oleh anggota masayarakat sebagai alat komunikasi, berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri. Bahasa begitu melekat erat, menyatu jiwa di setiap
penutur di dalam masyarakat. Ia laksana sebuah senjata ampuh untuk mempengaruhi
keadaan masyarakat dan kemasyarakatan. Fungsi bahasa sebagai alat untuk
berinteraksi atau berkomunikasi dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, konsep atau juga perasaan di dalam masyarakat inilah di namakan fungsi
bahasa secara tradisional. Maka dapat di katakan hubungan antara bahasa dan
penggunanya di dalam masyarakat ini merupakan kajian sosiolinguistik.
Berbicara tentang bahasa dan masyarakat, maka
tidak terlepas dari istilah “ masyarakat bahasa”. Masyarakat bahasa adalah
sekelompok orang yang memiliki bahasa bersama atau merasa termasuk dalam
kelompok itu, atau berpegang pada bahasa standar yang sama. Masyarakat tutur
adalah istilah netral. Ia dapat dipergunakan untuk menyebut masyarakat kecil
atau sekelompok orang yang menggunakan bentuk bahasa yang relatif sama dan
mempunyai penilaian yang sama dalam bahasanya. Jadi masyarakat bahasa atau
masyarakat tutur
Bagaimanakah bentuk hubungan antara bahasa
dengan masyarakat? Bentuk hubungan bahasa dengan masyarakat adalah adanya
hubungan antara bentuk-bentuk bahasa tertentu, yang disebut variasi ragam atau
dialek dengan penggunaannya untuk fungsi-fungsi tertentu didalam
masyarakat.Sebagai contoh di dalam kegiatan pendidikan kita menggunakan ragam
baku, untuk kegiatan yang sifatnya santai ( non formal ) kita menggunakan
bahasa yang tidak baku, di dalam kegiatan berkarya seni kita menggunakan ragam
sastra dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan menggunakan bahasa yang
benar, yaitu penggunaan bahasa pada situasi yang tepat atau sesuai konteks di
mana kita menggunakan bahasa itu untuk aktivitas komunikasi.
Sosiolinguistik mengkaji hubungan bahasa dan
masyarakat, yang nengaitkan dua bidang yang dapat dikaji secara terpisah, yaitu
struktur formal bahasa oleh linguistik dan struktur masyarakat oleh sosiologi.
Istilah sosiolinguistik itu sendiri baru muncul pada tahun 1952 dalam Kaya
Haver C Currie) yang menyatakan perlu adanya kajian mengenai hubungan antara
perilaku ujaran dengan status sosial. Disiplin ini mulai berkembang pada akhir
tahun 60-an yang diujungtombaki oleh Committee on Sociolinguistics of the
Social Science Research Council (1964) dan Research Committee on
Sociolinguistics of the International Sociology Association (1967).
Jurnal sosiolinguistik baru terbit pada awal tahun 70-an, yakni Language in
Society (1972) dan International Journal of Sociology of Language (1974).
Dari kenyataan itu dapat dimengerti bahwa sosiolinguistik merupakan bidang yang
relatif baru.
Pemilihan bahasa dalam masyarakat multibahasa
merupakan gejala yang menarik untuk dikaji dari perspektif sosiolingistik.
Bahkan Fasold mengemukakan bahwa sosiolionguistik dapat menjadi bidang studi
karena adanya pemilihan bahasa. Fasold memberikan ilustrasi dengan istilah
societal multilingualism yang mengacu pada kenyataan adanya banyak bahasa
dalam masyarakat. Tidaklah ada bahasan tentang diglosia apabila tidak ada
variasi tinggi dan rendah. Pada kenyataannya setiap bab dari buku
sosiolinguistik karya Fasold (1984) memusatkan pada paparan tentang
kemungkinan adanya pemilihan bahasa yang dilakukan masyarakat terhadap
penggunaan variasi bahasa. Statistik sekalipun menurut Fasold tidak akan
diperlukan dalam sosiolinguistik apabila tidak ada variasi penggunaan bahasa
dan pemilihan di antara variasi-variasi tersebut.
Masyarakat Tutur?
|
Menurut Wijaya
dan Muhammad masyarakat tutur ialah sekelompok orang dalam lingkup luas atau
sempit yang berinteraksi dengan bahasa tertentu yang dapat dibedakan dengan
kelompok masyarakat tutur lain atas dasar perbedaan bahasa yang bersifat
signifikan. Chaer dan Agustina mendefinisikan masyarakat tutur sebagai suatu
kelompok orang atau masyarakat memiliki verbal repetoir yang relatif sama serta
mereka mempunyai penilaian yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang
digunakan di dalam masyarakat itu. Fishman dalam Chaer dan Agustina mengatakan
masyarakat tutur adalah suatu masyarakat yang anggota-anggitanya
setidak-tidaknya mengenal satu variasi bahasa dan norma-norma yang sesuai
dengan penggunaannya.
B. Hubungan Bahasa dan Budaya
Ada berbagai teori mengenai hubungan bahasa
dan kebudayaan. Ada yang mengatakan bahasa itu merupakan bagian dari
kebudayaan, tetapi ada pula yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan
merupakan dua hal yang berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat,
sehingga tidak dapat dipisahkan.
Ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat
dipengaruhi kebudayaan, sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan
tercermin di dalam bahasa. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa
sangat dipengaruhi kebudayaan dan cara berpikir manusia atau masyarakat
penuturnya.
Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip
Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari
kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang
subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.10 Namun
pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai
hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya
sama tinggi.
Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan
kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu
adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka
kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya
interaksi itu.
Fenomena antara Bahasa dan Budaya
|
Dengan demikian
hubungan bahasa dan kebudayaan seperti anak kembar siam, du buah fenomena
sangat erat sekali bagaikan dua sisi mata uang, sisi yang satu sebagai sistem
kebahasaan dan sisi yang lain sebagai sistem kebudayaan.
Bahasa bukan saja merupakan
"property" yang ada dalam diri manusia yang dikaji sepihak oleh para
ahli bahasa, tetapi bahasa juga alat komunikasi antar persona. Komunikasi
selalu diiringi oleh interpretasi yang di dalamnya terkandung makna. Dari sudut
pandang wacana, makna tidak pernah bersifat absolut; selalu ditentukan oleh
berbagai konteks yang selalu mengacu kepada tanda-tanda yang terdapat dalam
kehidupan manusia yang di dalamnya ada budaya. Karena itu bahasa tidak pernah
lepas dari konteks budaya dan keberadaannya selalu dibayangi oleh budaya.
Dalam analisis semantik, Abdul Chaer
mengatakan bahwa bahasa itu bersifat unik dan mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan budaya masyarakat pemakainya, maka analisis suatu bahasa hanya
berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa
lain.11 Umpamanya kata ikan dalam bahasa Indonesia merujuk kepada jenis
binatang yang hidup dalam air dan biasa dimakan sebagai lauk; dalam bahasa
Inggris sepadan dengan fish; dalam bahasa banjar disebut iwak. Tetapi kata iwak
dalam bahasa jawa bukan hanya berarti ikan atau fish. Melainkan juga berarti
daging yang digunakan juga sebagai lauk (teman pemakan nasi). Malah semua lauk
seperti tahu dan tempe sering juga disebut iwak.
Mengapa hal ini bisa terjadi ? semua ini
karena bahasa itu adalah produk budaya dan sekaligus wadah penyampai kebudayaan
dari masyarakat bahasa yang bersangkutan. Dalam budaya masyarakat inggris yang
tidak mengenal nasi sebagai makanan pokok hanya ada kata rice untuk menyatakan
nasi, beras, gabah, dan padi. Karena itu, kata rice pada konteks tertentu
berarti nasi pada konteks lain berarti gabah dan pada konteks lain lagi berarti
beras atau padi. Lalu karena makan nasi bukan merupakan budaya Inggris, maka
dalam bahasa Inggris dan juga bahasa lain yang masyakatnya tidak berbudaya
makan nasi; tidak ada kata yang menyatakan lauk atau iwak (bahasa Jawa).
Contoh lain dalam budaya Inggris pembedaan
kata saudara (orang yang lahir dari rahim yang sama) berdasarkan jenis kelamin:
brother dan sister. Padahal budaya Indonesia membedakan berdasarkan usia: yang
lebih tua disebut kakak dan yang lebih muda disebut adik. Maka itu brother dan
sister dalam bahasa Inggris bisa berarti kakak dan bisa juga berarti adik.
C. Hubungan Bahasa dan Masyarakat terhadap Budaya
Berbicara tentang bahasa dan masyarakat tentu
tidak terlepas dengan kebudayaan yang ada pada suatu masyarakat, maka titik
tolaknya adalah hubungan bahasa dengan kebudayaan dari masyarakat yang memiliki
variasi tingkat- tingkat sosial. Ada yang menganggap bahasa itu adalah bagian
dari masyarakat, namun ada yang menganggap bahasa dan kebudayaan itu dua hal
yang berbeda, tetapi hubungan antara keduanya erat, sehingga tidak dapat
dipisahkan, yang menganggap bahasa banyak dipengaruhi oleh kebudayaan, sehinnga
apa yang ada dalam kebudayaan akan tercermin dalam bahasa.Di sisi lain ada juga
yang mengatakan bahwa bahasa sangat mempengaruhi kebudayaan dan cara berpikir
manusia, atau masyarakat penuturnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Intinya dapat disimpulkan bahwa antara bahasa,
masyarakat dan budaya adanya saling keterkaitan satu sama lain terhadap
eksistensi dari masing-masing sistem.
Karena pada dasarnya bahasa berada erat di
dalam kehidupan masyarakat dan digunakan yaiu untuk berkomunikasi, entah itu
dalam bentuk tanda, tulisan maupun lisan. Kemudian sebaliknya pada hakikatnya
manusia tidak bisa bermasyarakat tanpa adanya bahasa, mungkin bisa dikatakan
manusia sama halnya dengan hewan jika seperti itu. Dan budaya ada dan
berkembang itu karena adanya masyarakat yang berbahasa, masyarakat yang
berfikir yang menciptakan sesuatu hal yang menjadi nilai di masyarakat, yang
kemudian dikatakan budaya.
Jadi masyarakat berkehidupan tidak lepas dari
sistem bahasa dan sistem budaya.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa
syukurillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
taufik dan hidayah-Nya, maka akhhirnya penulis dapat menyelsaikan makalah ini
dari hasil diakuai kelompok dengan judul Language, Society and Culture,
mata kuliah Sociolinguistic.
Berbagai hambatan
seperti keterbatasan pengetahuan dan pengalam penulis tidak membuat penulis
gentar untuk terus berjuang hingga makalah ini selesai dan akhirnya sampai kepada tangan para pembaca yang
budiman. Inilah suatu kebahagiaan dan
kepuasan bagi penulis.
Pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telak
memberikan andil yang cukup besar demi penyusunan makalah ini, khususnya kepada
yang terhormat : Bapak Erwin Oktama, selaku
Dosen Mata Kuliah Sociolinguistic.
Dengan memuji kebesaran nama Allah
Subhanahuwata’ala maka penulis berharap semoga makalah ini akan menjadi bacaan
yang brmanfaat bagi semua pihak.
Kuningan, Maret 2012
DAFTAR PUSTAKA
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
·
Sociolinguistic
book/ Stockwell Spolsky Bloomer
·
DAFTAR ISI
Pages
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar isi ............................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar
Belakang........................................................................................ 1
B.
Tujuan ..................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................. 2
Language............................................................................................................. 2
Society
............................................................................................................... 2
Culture................................................................................................................ 3
Hubungan
antara masyarakat dan budaya.......................................................... 4
Hubungan bahasa dengan budaya...................................................................... 6
Hubungan bahasa dan masyarakat terhadap budaya.......................................... 8
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 9
Kesimpulan......................................................................................... 9
Bibliography
Tidak ada komentar:
Posting Komentar